“Malioboro memang ramai terus, tapi dagangan saya belum laku-laku”. Itulah kalimat yang dikatakan Ibu Jumianti (65) pedagang sate keliling yang berjualan di daerah jalan Malioboro. Ia taka habis pikir mengapa Malioboro yang begitu ramai ini, tidak bisa meramaikan suasana hatinya yang sepi.
Hari-hari yang dijalani Ibu Jumianti begitu sunyi, pedagang sate keliling asli Jogja ini, berjualan demi manyambung hidupnya yang hanya sebatang kara. “saya sekarang tinggal sendiri, suami saya sudah meninggal 8 tahun yang lalu, dan anak saya masing-masing sudah menjadi ibu rumah tangga dan yang laki-laki sekarang berada di Batam” kata ibu yang sudah 14 tahun berdagang sate keliling ini. “Bagaimana dikirim uang anak saya yang laki-laki saya saja di Batam bekerja jadi apa saya tidak tahu” jawabnya ketika ditanya apakah anaknya sering mengirim uang. Dia juga menambahkan bahwa dia sangat rindu dan sangat ingin bertemu dengan anak laki-lakinya itu. “namanya orangtua, pasti ya ingin melihat anaknya sukses, walaupun tidak dikirim uang juga tidak apa-apa yang penting sudah liat anaknya bahagia” tambah ibu yang berbadan kurus ini. Anak laki-lakinya yang bernama Agus ini memang sudah pergi meninggalkannya selama 4 tahun, dan selama 4 tahun pula dia mulai bekerja sendiri.
Pengahasilan Ibu Jumianti pun tak seberapa, hanya Rp.8 ribu sampai 13 ribu per harinya. Hanya segelinitr orang saja yang mau membeli dagangannya. Ia tak habis pikir kenapa semakin lama dagangannya semakin kurang diminati oleh para pejalan kaki di Malioboro. “Jualan dagangan atau makanan apa saja disini sekarang kurang laku, jadi ya saya tetap berdagang sate saja” kata ibu Jumianti. Hal yang sama diakatakan oleh Ibu Rosianti (52) pedagan pecel dan Ibu Siti Fatimah (56) pedagang bakpia patok yang berjualan di depan dan samping Ibu Jumianti. “yang ramai kan orang yang berjalan kaki di Malioboro, tapi yang beli dagangan kami tetap saja sepi.” Begitu kedua ibu ini menambahkan. Mereka hanya berharap mendapat bantuan dari pemerintah yogyakarta entah itu berupa apa. Dan mereka berpesan pada mahasiswa untuk terus belajar dengan giat agar tidak menjadi seperti mereka.
Aga Mandala N (153070355)
Hari-hari yang dijalani Ibu Jumianti begitu sunyi, pedagang sate keliling asli Jogja ini, berjualan demi manyambung hidupnya yang hanya sebatang kara. “saya sekarang tinggal sendiri, suami saya sudah meninggal 8 tahun yang lalu, dan anak saya masing-masing sudah menjadi ibu rumah tangga dan yang laki-laki sekarang berada di Batam” kata ibu yang sudah 14 tahun berdagang sate keliling ini. “Bagaimana dikirim uang anak saya yang laki-laki saya saja di Batam bekerja jadi apa saya tidak tahu” jawabnya ketika ditanya apakah anaknya sering mengirim uang. Dia juga menambahkan bahwa dia sangat rindu dan sangat ingin bertemu dengan anak laki-lakinya itu. “namanya orangtua, pasti ya ingin melihat anaknya sukses, walaupun tidak dikirim uang juga tidak apa-apa yang penting sudah liat anaknya bahagia” tambah ibu yang berbadan kurus ini. Anak laki-lakinya yang bernama Agus ini memang sudah pergi meninggalkannya selama 4 tahun, dan selama 4 tahun pula dia mulai bekerja sendiri.
Pengahasilan Ibu Jumianti pun tak seberapa, hanya Rp.8 ribu sampai 13 ribu per harinya. Hanya segelinitr orang saja yang mau membeli dagangannya. Ia tak habis pikir kenapa semakin lama dagangannya semakin kurang diminati oleh para pejalan kaki di Malioboro. “Jualan dagangan atau makanan apa saja disini sekarang kurang laku, jadi ya saya tetap berdagang sate saja” kata ibu Jumianti. Hal yang sama diakatakan oleh Ibu Rosianti (52) pedagan pecel dan Ibu Siti Fatimah (56) pedagang bakpia patok yang berjualan di depan dan samping Ibu Jumianti. “yang ramai kan orang yang berjalan kaki di Malioboro, tapi yang beli dagangan kami tetap saja sepi.” Begitu kedua ibu ini menambahkan. Mereka hanya berharap mendapat bantuan dari pemerintah yogyakarta entah itu berupa apa. Dan mereka berpesan pada mahasiswa untuk terus belajar dengan giat agar tidak menjadi seperti mereka.
Aga Mandala N (153070355)
0 kOmeNtaR: