Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Nullam eu est quis enim commodo aliquet. Vestibulum eleifend venenatis massa. Curabitur rutrum accumsan felis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas. Phasellus ut augue eu purus iaculis viverra. Maecenas vehicula dictum diam.

Tajuk Rencana : Golkar, ke Mana Arahmu?

Di tengah gencarnya pertemuan partai politik untuk mengagas koalisi, Partai Golkar terbilang lambat dalam mengambil sikap. hal ini tentunya bertolak belakang dengan slogannya "Lebih Cepat Lebih Baik."

Sejak memutuskan pecah kongsi atau "bercerai" dengan Partai Demokrat pada Rapimnas Partai Golkar 23 April 2009 lalu. partai Golkar kini seolah mengobral diri dengan menemui sejumlah elit partai politik. seharusnya sebagai partai besar dan sangat disegani, Golkar lah yang seharusnya didatangi elit partai politik lainnya. namun walaupun telah melakukan hal itu, belum tampak Golkar akan mengambil langkah-langkah strategis. Hal ini disebakan oleh ngototnya Jusuf kalla maju menjadi capres dan diperparah oleh para tokoh yang ditemui JK semuanya juga ingin menjadi presiden, seperti Megawati, Prabowo, atau pun Wiranto.

Jika Partai Golkar tidak segera mengambil langkah strategis, partai yang sangat berjaya pada rezim orde baru tersebut bagaikan cerita Lebay Malang. Karena ragu dan terlalu lama mengambil keputusan akan kehilangan partner atau mitra koalisi. Apabila hal ini terjadi Jusuf Kalla akan sulit untuk mendapat dukungan dari partai-partai politik lainya dalam rangka memuluskan usahanya untuk menjadi presiden RI ke-7. Akibatnya ada kemungkinan partai golkar tidak bisa ambil bagian dalam pemerintahan dan pada akhirnya eksistensi Golkar akan terus meredup dan terlupakan oleh masyarakat pada pemilu 2014 nanti.

Ada solusi yang bisa diambil Partai Golkar, yaitu berkoalisi lagi dengan partai demokrat. caranya dengan mengajukan beberapa kader Golkar sebagai cawapres mendampingi SBY. ada kabar yang menyebutkan bahwa pecah kongsi Demokrat - Golkar beberapa waktu lalu disebabkan karena Partai Golkar hanya mengajukan satu cawapres, yaitu Jusuf Kalla kepada Partai Demokrat. Hal ini tentunya tidak dapat mencapai kata sepakat karena SBY menginginkan cawapres pendampingnya bukan seorang ketua umum partai politik.

Kartiko Wulantomo
153070313


File Under:

0 kOmeNtaR: