Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Nullam eu est quis enim commodo aliquet. Vestibulum eleifend venenatis massa. Curabitur rutrum accumsan felis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas. Phasellus ut augue eu purus iaculis viverra. Maecenas vehicula dictum diam.

Kontroversi Infotainment

UPN- pada hari Selasa (10/3), Jurusan Ilmu Komunikasi UPN Veteran mengadakan sebuah talkshow jurnalistik yang bertemakan Jurnalisme infotainment berita atau hiburan semata. Hadir antara lain Prof. S. Djuarsa Sendjaja Ph.D, Erika Andrianing, dan Raldy Doy sebagai pembicara.Pada saat ini televisi bukan hanya media yang biasa-biasa saja, karena juga berfungsi sebagai sarana, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Hingga saat ini televisi di indonesia menjadi industri yang menjual isi program sebagai komoditas.

Unsur faktual tidak dapat lepas dari karya jurnalistik. ”faktual itu berupa peristiwa yang bersifat fakta, bukannya fiksi semata” tegas Djuarsa sebagai ketua KPI. Masalah fakta atau tidaknya suatu karya infotainment inilah yang menjadi kontroversi di dalam dunia jurnalistik.

Infotainment sendiri telah menjadi salah satu komoditas yang terbesar di negeri ini. Rating menunjukan angka yang besar untuk program-program yang sudah familiar ini. ” di satu sisi infotaiment disukai, di sisi lain dicaci” ujar Erika mantan produser pelaksana program silet. Banyak perspektif yang menyebut infotainment bukanlah karya jurnalistik, tetapi Erika berpendapat, bahwa tetap ada unsur jurnalistik di dalam memproduksi suatu tayangan infotainment. ”infotainment yang bertahan adalah yang tidak menjauh dari prinsip-prinsip jurnalistik”. Memang hanya segelintir program infotainment yang berpegang teguh pada prinsip jurnalistik.

Menurut erika dalam pengumpulan fakta yang berkait dengan karya infotaiment, diperlukan beberapa nara sumber, yaitu nara sumber pertama, pendamping, dan pakar. Program infotainment memang kerap kali hanya membahas konflik-konflik yang merupakan bagian dari privasi seseorang, dan kerap kali mendapat kritikan, bahwa sangatlah tidak etis jika melakukan peliputan yang sebenarnya bukan untuk kepentingan publik. Tetapi production house memiliki strategi lain untuk membuat pemirsanya tak jenuh, yaitu dengan melakukan cooling down,misalnya meliput aktivitas keseharian para beberapa publik figur.

Upaya-upaya komodifikasi media saat inilah yang banyak melahirkan production house ,karena melihat keuntungan besar yang diperoleh dari sebuah tayangan infotainment. Production house yang bermunculan pun bersifat dadakan dan hanya memerlukan modal yang tidak besar dalam pembentukannya. Mereka selalu memakai unsur popularitas, konflik, sensasi, dan seks.

Saat ini merupakan era berita, dimana masyarakat sangat memerlukan berita sebagai kebutuhan yang penting. Media juga menjadi pilar demokrasi di sejumlah negara termasuk Indonesia. ”tugas berita adalah mengangkat kebenaran”, ” meskipun terdapat unsur dramatisasi didalamnya” ujar Raldy doy selaku corporate communication TV One.

Infotainment memang dianggap sebagai soft news yang termasuk kategori yellow journalism, karena hanya sebuah karya kelas rendahan yang merupakan cerminan dari masyarakat sekarang dan dikemas oleh media. Seharusnya infotainment tidak menggabungkan unsur informasi dan entertainment, tetapi informasi namun entertaiment.(rng)


F. Brian Rangga K.

153070080



File Under:

0 kOmeNtaR: