Di tengah maraknya wabah penyakit flu babi, masih ada wabah yang banyak menjangkiti manusia saat ini, terutama kaum netters atau pengguna internet, yaitu demam situs pertemanan Facebook.
Tak pandang usia, tidak pula status sosial. Ada yang muda, banyak juga yang sudah berumur. Ibu rumah tangga hingga politisi kakap memanfaatkan website jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg, si jenius yang tidak lulus dari Harvard University, ini. Namun yang menjadi pertanyaan, lebih banyak positif atau negatifnya kah Facebook ini?
Demam Facebook terjadi di seluruh dunia. Lebih dari 130 juta pengguna aktif mengaksesnya setiap bulan, dari komputer desktop mereka, notebook, hingga telepon seluler. Facebook memberikan penyegaran di tengah kejenuhan users terhadap Friendster, situs jejaring sosial yang sudah ada lebih dahulu.
Facebook kini menjadi situs wajib dikunjungi setiap harinya. Tidak marem rasanya kalau tidak menyapa kawan sesama member, atau sekadar mengomentari status mereka. Sangat mengasyikkan bisa melihat foto-foto teman terbaru, lalu menuliskan celetukan pada boks komentar. atau pun sekedar melakukan chatting, suatu aktivitas yang tidak didapatkan pada situs pertemanan lainnya.
Di era internet saat ini, Facebook telah menciptakan ruang publik (public space) baru, bahkan lebih jauh dari itu, sebuah lingkungan publik (public sphere) baru bagi masyarakat daring. Ruang publik atau lingkungan publik merupakan bagian dari teori demokrasi moderen. Ruang publik memberikan kesempatan berpartisipasi yang lebih kepada masyarakat untuk mengekspresikan ide-idenya lebih jauh, dan menghadirkan pola dialektika yang baru.
Di tengah masyarakat yang semakin asosial, kehadiran Facebook setidaknya membantu merajut kembali relasi antarindividu yang terputus, akibat dinamika kehidupan yang memaksa masyarakat semakin individualistis. Meski hal tersebut masih dapat diperdebatkan, mengingat kehidupan daring tidak dapat dipersamakan dengan kehidupan riil, namun jujur diakui masyarakat membutuhkan wadah untuk bertemu dan saling berinteraksi. Sebagai contoh salah satu dosen ilmu komunikasi UPN Jogja mengakui bertemu dengan teman SMA nya di Facebook setelah 21 tahun tidak pernah bertemu.
Facebook juga bisa digunakan untuk mencari uang. Misalnya perusahaan-prusahaan melakukannya dengan memasang iklan di situs pertemanan tersebut. Selain perusahaan, kita pun dapat berbisnis di sini tanpa harus melalui iklan di Facebook, misalnya dengan memajang foto-foto produk yang kita jual dan menyebarkan foto-foto tersebut kepada teman-teman kita.
Dari sekian banyak manfaat dan kesenangan yang didapat dari Facebook, ternyata Facebook juga memiliki dampak negatif bahkan menjurus kriminal karena situs ini bisa menyebabkan "kecanduan". Misalnya seorang pria berusia 19 tahun yang tidak disebutkan identitasnya merampas sebuah laptop milik seorang pelanggan kedai kopi Starbucks hanya demi mengecek akun Facebook miliknya. Ada lagi kasus di london seorang suami tega membunuh istrinya hanya karena sang istri menuliskan status -single- di facebooknya. selain itu Facebook juga memiliki fasilitas untuk membuat grup atau suatu komunitas. Tidak jarang fasilitas tersebut dimanfaatkan untuk menyudutkan seseorang atau suatu kelompok tertentu. Sedangkan dampak buruk Facebook lainnya yaitu :
1. Mengurangi kinerja
2. Berkurangnya perhatian terhadap keluarga
3.Tergantikanya kehidupan sosial
4.Batasan ranah pribadi dan sosial yang menjadi kabur
5. Tersebarnya data penting yang tidak semestinya
6. Pornografi
7. Pemanfaatan untuk kegiatan negatif
8. Mempengaruhi kesehatan (masih perdebatan)
Facebook memiliki banyak sekali dampak positif. Namun banyak pula dampak negatif yang mungkin timbul akibat "mainan" tersebut. Hal ini tergantung pada pengendalian diri kita masing-masing. Jika tidak mampu mengontrol tentunya kita akan terjerumus dalam hal-hal negatif tersebut di atas. Jadi, pandai-pandailah mengendalikan diri Anda dan manfaatkan teknologi ini secara bijak.
Kartiko Wulantomo
153070313
0 kOmeNtaR: